RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya

RSK St.Vincentius a Paulo Surabaya

Bermula pada "cita-cita dan kebutuhan". Demikianlah, cita-cita dan kebutuhan yang muncul di tahun 1918 ini mengobarkan semangat dan tekad untuk mengadakan sebuah Rumah Sakit Katolik di Surabaya. Pada tanggal 01 Oktober 1919, Sang Penggerak yakni Apostolic Perfek Surabaya Mgr. Fleerackers SJ, menanda-tangani persetujuan jual beli 2 persil tanah di daerah Reiniers Boulevard (sekarang dikenal dengan nama Jalan Diponegoro) oleh Roomsch Kerk en Armbestuur (Badan Pengurus Gereja) Surabaya dan pemilik tanah R.P. van Alpen. Perjanjian jual beli ini memuat syarat penting yang isinya :
1. Persil-persil tersebut hanya boleh digunakan untuk pendirian Rumah Sakit dan rumah untuk biarawati.
2. Jika dalam waktu 3 bulan pembangunan tidak dimulai dengan sungguh-sungguh, maka persil-persil tersebut harus dikembalikan dan uang akan dikembalikan pula tanpa bunga.

Itulah cikal-bakal Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo - Surabaya (RSK).

Untuk mendukung proses realisasi itu, pada tanggal 9 September 1920 dibentuk suatu Perkumpulan bernama St.Vincentius a Paulo, yang secara resmi tertulis: "Roomsch Katholiek Ziekenhuis te Surabaya Vereeneging (RKZV). Karena situasi politik, Perkumpulan ini sulit untuk mendukung pendirian Rumah Sakit Katolik tersebut, maka ia memberi kelonggaran dengan merevisi perjanjian, yang memperlunak sanksi dalam perjanjian ini. Tahun 1923, Romo-romo Jesuit (SJ) digantikan oleh Romo-romo Lazaris (CM) maka kepanitiaan pembangunan berpindah tangan kepada Rm. de Backere, CM. Pada tahun 1924 pemerintah menutup semua klinik dokter yang ada di Surabaya Roomsch Katholiek Ziekenhuis te Surabaya Vereeniging (RKZV, yaitu suatu Panitia pendirian Rumah Sakit Katolik di Surabaya) memanfaatkan situasi dengan menyewa sebuah bangunan untuk mewujudkan berdirinya suatu Rumah Sakit. Bangunan bekas klinik Dr. De Kock di jalan Oendaan Koelon no. 31 Surabaya tersebut dijadikan rumah sakit dengan kapasitas 35 tempat tidur. Bangunan sudah ada, namun penyelenggaranya belum ada. Pada tanggal 03 Mei 1925, enam orang biarawati Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS = Serva Spiritus Sancti) yang pertama tiba di Surabaya dari Biara Pusatnya di Steyl - Belanda. Enam biarawati itu adalah :
1. Sr.Jezualda, SSpS
2. Sr.Manetta, SSpS
3. Sr.Sponsaria, SSpS
4. Sr.Stephaniana, SSpS
5. Sr.Aldegonda, SSpS
6. Sr.Felicina,SSpS
Tanggal 03 Mei 1925 ditetapkan sebagai berdirinya Rumah Sakit Katolik. Tiba dengan kereta api ekspress di stasiun Gubeng Surabaya dari Batavia setelah menempuh perjalanan berbulan-bulan dengan kapal laut dari Belanda. Tanpa memperhatikan keletihan, hari itu juga para Suster sudah mulai bertugas termasuk juga jaga malam, karena 2 (dua) pasien telah menanti. Pembukaan resmi RKZ baru dilakukan pada tanggal 20 Juni 1925. Dengan makin meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, rumah Sakit kecil itu makin kurang memadai. Pembangunan rumah-sakit baru makin dirasa mendesak, tetapi di lain pihak RKZV selaku penanggung-jawabnya mengalami kesulitan terutama berkaitan dengan dana. Tak ada jalan lain yang lebih baik kecuali menawarkan kepada para suster SSpS untuk meneruskan misi pendirian rumah sakit itu. Pada tanggal 18 April 1933, berdirilah Yayasan Arnoldus dengan Sr. Jezualda Donkers SSpS sebagai ketua, Sr. Nivita Lintz SSpS sebagai sekretaris, dan Sr. Aldegonda Everts SSpS sebagai bendahara. Dan pada tanggal 11 Oktober 1933 pukul 16.00 di atas tanah Reiniers Boulevard 136 (sekarang Jl. Diponegoro no. 51), dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan sebuah Rumah Sakit Katolik oleh Pastor van Hall. Selesainya pembangunan tahap pertama dengan kapasitas 50 tempat tidur dalam 4 paviliun ditandai dengan pemberkatan dan peresmian oleh Mgr. Th. De Backere CM pada tanggal 28 Oktober 1034. Kemudian, pasien-pasien dari Rumah Sakit Katolik di jl. Oendaan Koelon diboyong ke tempat perawatan baru itu. Pembangunan tidak terhenti meskipun untuk pendanaannya diperlukan perjuangan keras, di antaranya melalui penjualan obligasi. Tahun 1942 ketika kapasitas sudah mencapai 96 tempat tidur, terjadilah musibah. Tentara Jepang mengambil alih Rumah Sakit Katolik dan para suster ditawan. Setelah Jepang menyerah kalah perang, dijadikan Rumah Sakit Umum. Syukurlah, pada akhirnya di tahun 1948 Rumah Sakit dikembalikan kepada para Suster SSpS yang memulai dari awal lagi, dan mulailah para suster menata serta memperbaiki kembali fasilitas yang ada di Rumah Sakit. Berjalan bersama bergulirnya waktu, senantiasa diupayakan pembangunan dan penambahan fasilitas serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia, sebagai komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan professional, seiring perkembangan dan kemajuan pelayanan kesehatan. Demikianlah, terus menerus, Rumah Sakit Katolik St.Vincentius a Paulo makin mempercantik diri, untuk semakin pantas menjadi Rumah Sakit Pilihan, bagi mereka yang mendambakan kesehatan jiwa-raga, lewat sentuhan kasih yang memberi hidup.

0 komentar: